Atas rekomendasi adek gicil, kemaren gue nonton The Curious Case of Benjamin Button. Ada satu dialog yang paling gue suka, dialog antara benjamin dan nenek-nenek, dialog itu pada saat benjamin dicukur rambutnya sama nenek-nenek yang ada di panti jompo rumahnya benjamin.
Benjamin bilang, "fisikku semakin hari semakin muda, hal apa yang tidak bisa aku rasakan dengan keadaan seperti ini?"
nenek itupun menjawab, "kau tidak bisa merasakan tumbuh dan hidup selayaknya bersama orang yang kau cintai, ketika ia bertambah tua, kau malah menjadi muda".
Lalu nenek itu melanjutkan kata-katanya, "kau tahu?, kau baru akan mengerti betapa pentingnya seseorang saat orang yang kau cintai itu pergi meninggalkanmu".
Hmmm, setuju gak sih?
kita baru akan sadar betapa pentingnya sesuatu, saat sesuatu itu udah ilang, gak ada, pergi entah kemana.
Kalo ditanya, kapan saatnya kita sadar bahwa kita mencintai akan sesuatu?
Jawabannya, saat sesuatu itu udah pergi, pergi jauh meninggalkan kita.
Sama halnya kayak kata-kata di film mengejar matahari, di film itu gue denger ada kalimat, 'kita gak akan pernah tau gimana rasanya memiliki, sebelum semuanya ilang'.
Yeah, selagi semuanya masih ada di sekeliling kita, kita mengabaikannya, tapi saat semuanya udah menghilang, kita baru ngerasa kalo kita sangat butuh itu, kita baru mencari-cari keberadaannya, kita baru ngerasa rindu, dan kita baru sadar kalo kita kehilangan sesuatu yang sebenernya sangat berharga buat kita.
Salah satunya adalah waktu, waktulah yang paling sering kita sia-siakan.
Saat ini, yang sedang gue pikirkan, bagaimana caranya gue bisa bersahabat dengan waktu.
Gue pernah baca salah satu buku yang berjudul Tafakur karangan Agung k suari, disitu tertulis makna waktu yang isinya:
Untuk memahami makna satu tahun, tanyalah seorang siswa yang gak naek kelas. Untuk memahami makna satu bulan, tanyalah seorang ibu yang melahirkan bayi prematur. Untuk memahami makna satu pekan, tanyalah seorang editor majalah mingguan. Untuk memahami makna satu hari, tanyalah seorang pekerja dengan gaji harian. Untuk memahami makna satu jam, tanyalah seorang gadis yang lagi nunggu pacarnya. Untuk memahami makna satu menit, tanyalah seseorang yang ketinggalan kereta. Untuk memahami satu detik, tanyalah seseorang yang selamat dari kecelakaan. Untuk memahami waktu satu mili detik, tanyalah seorang pelari yang meraih medali perak olimpiade.
Kalimat-kalimat yang udah sering banget gue denger.
Tapi, gue masih juga belum bisa memaknai waktu.
Jadi, kapan saatnya kamu sadar kalo sesuatu itu sangat kamu cintai?
Apakah benar saat sesuatu itu udah ilang?
Pertanyaan khusus untuk perempuan dan aku, kapan saatnya kamu sadar bahwa kamu sangat mencintai ibumu?
Jawabannya bukan hanya saat kamu telah kehilangan ibumu, tetapi juga saat kamu merasakan bagaimana rasanya melahirkan, bagaimana rasanya mempertaruhkan nyawa saat melahirkan. Saat itulah, kamu baru sadar, bahwa kamu sangat-sangat mencintai ibumu.
Untuk waktu, tolong ajari aku sesuatu, termasuk cara mencintaimu, supaya aku tidak termasuk orang yang rugi.
Dan untuk kamu yang lagi baca blog-ku, tolong ajari aku regresi logistik. *lowh?:-P*
Benjamin bilang, "fisikku semakin hari semakin muda, hal apa yang tidak bisa aku rasakan dengan keadaan seperti ini?"
nenek itupun menjawab, "kau tidak bisa merasakan tumbuh dan hidup selayaknya bersama orang yang kau cintai, ketika ia bertambah tua, kau malah menjadi muda".
Lalu nenek itu melanjutkan kata-katanya, "kau tahu?, kau baru akan mengerti betapa pentingnya seseorang saat orang yang kau cintai itu pergi meninggalkanmu".
Hmmm, setuju gak sih?
kita baru akan sadar betapa pentingnya sesuatu, saat sesuatu itu udah ilang, gak ada, pergi entah kemana.
Kalo ditanya, kapan saatnya kita sadar bahwa kita mencintai akan sesuatu?
Jawabannya, saat sesuatu itu udah pergi, pergi jauh meninggalkan kita.
Sama halnya kayak kata-kata di film mengejar matahari, di film itu gue denger ada kalimat, 'kita gak akan pernah tau gimana rasanya memiliki, sebelum semuanya ilang'.
Yeah, selagi semuanya masih ada di sekeliling kita, kita mengabaikannya, tapi saat semuanya udah menghilang, kita baru ngerasa kalo kita sangat butuh itu, kita baru mencari-cari keberadaannya, kita baru ngerasa rindu, dan kita baru sadar kalo kita kehilangan sesuatu yang sebenernya sangat berharga buat kita.
Salah satunya adalah waktu, waktulah yang paling sering kita sia-siakan.
Saat ini, yang sedang gue pikirkan, bagaimana caranya gue bisa bersahabat dengan waktu.
Gue pernah baca salah satu buku yang berjudul Tafakur karangan Agung k suari, disitu tertulis makna waktu yang isinya:
Untuk memahami makna satu tahun, tanyalah seorang siswa yang gak naek kelas. Untuk memahami makna satu bulan, tanyalah seorang ibu yang melahirkan bayi prematur. Untuk memahami makna satu pekan, tanyalah seorang editor majalah mingguan. Untuk memahami makna satu hari, tanyalah seorang pekerja dengan gaji harian. Untuk memahami makna satu jam, tanyalah seorang gadis yang lagi nunggu pacarnya. Untuk memahami makna satu menit, tanyalah seseorang yang ketinggalan kereta. Untuk memahami satu detik, tanyalah seseorang yang selamat dari kecelakaan. Untuk memahami waktu satu mili detik, tanyalah seorang pelari yang meraih medali perak olimpiade.
Kalimat-kalimat yang udah sering banget gue denger.
Tapi, gue masih juga belum bisa memaknai waktu.
Jadi, kapan saatnya kamu sadar kalo sesuatu itu sangat kamu cintai?
Apakah benar saat sesuatu itu udah ilang?
Pertanyaan khusus untuk perempuan dan aku, kapan saatnya kamu sadar bahwa kamu sangat mencintai ibumu?
Jawabannya bukan hanya saat kamu telah kehilangan ibumu, tetapi juga saat kamu merasakan bagaimana rasanya melahirkan, bagaimana rasanya mempertaruhkan nyawa saat melahirkan. Saat itulah, kamu baru sadar, bahwa kamu sangat-sangat mencintai ibumu.
Untuk waktu, tolong ajari aku sesuatu, termasuk cara mencintaimu, supaya aku tidak termasuk orang yang rugi.
Dan untuk kamu yang lagi baca blog-ku, tolong ajari aku regresi logistik. *lowh?:-P*